PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA
PELESTARIAN,
MACAM SIFAT BAHAN PUSTAKA, DAN LATAR BELAKANG SEJARAHNYA
Bahan
pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaaan
selaian ruangan atau gedung, peralatan atau perabot, tenaga dan anggaran. Bahan
pustaka yang antar lain berupa buku, terbitan berkala(surat kabar dan majalah),
serta bahan audiovisual seprti kaset,video, selid,dan sebagainya harus
dilestarikan mengingat nilanya yang mahal.
Di indonesia, usaha
perwatan dkumen tertulis masih kurang mendapat perhatian, padahal usaha ini
seharusnya dilaksanakan lebih cermat mengingat iklim tropis yang tidak
menguntungkan pada kelestaraian koleksi.Dalam usaha perawatan bahan pustaka,
ada istilah-istilah baku yang biasa digunakan pada lingkungan perpustakaan
yaitu pelestarian,pengawetan, dan perbaikan.
1. Pelestarian
(preservation) menurut definisi yang
diberikan oleh International Federation
of Library Association (IFLA), mencakup semua aspek usaha melestarikan
bahan pustaka, keuangan,ketenagaan,metode dan teknik,serta penyimpanannya.
2. Definisi
pengawetan (conservation) oleh IFLA
dibatasi kebijaksanaan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip
untuk kelestarian koleksi tersebut.
3. Sedangkan
perbaikam (restorasi) menurut
definisi yang diberikan IFLA menunjukan pada pertimbangan dan cara yang
digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak.
A. Maksud
dan Tujuan Pelestarian
Maksud
pelestarian adalah mengusahakan agar bahan pusaka tidak cepat mengalami kerusakan.
Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan
bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan.
Tujuan
pelestarian bahan pustaka ini dpata disimpulkan sebgai berikut:
1. Menyelamatkan
nilai informasi dokumen
2. Menyelamatkan
fisik dokumen
3. Menagtasi
kendalan kekurangan ruangan
4. Mempercepat
perolehan informasi:dokumen yang tersimpan dalam CD(compact disk)sangat mudah untu diakses,baik dari jarak dekat maupun
jarak jauh. Sehingga pemakaian dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih optimal
B. Fungsi
Pelestaraian
Ada
beberapa fungsi dalam pelestarian bahan pustaka, diantaranya sebagai berikut:
1.
Fungsi Melindungi
Bahan
Pustaka harus dilindungi dari jamur, panas matahari, air, dan sebagainnya.
Dengan pelestarian bahan pustaka diharapkan dapat mencegah serangan serangga,
jamur tidak akan tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban mudah dikontrol
2.
Fungsi Pengawetan
Bahan
Pustaka yang dirawat dengan baik menjadi awet, bisa dipakai dalam jangka waktu
yang lama, dan diharapkan setiap pemustaka dapat mempergunakan bahan pustaka
tersebut
3.
Fungsi Kesehatan
Dengan
dirawatnya bahan pustaka membuat semua bahan pustaka menjadi bersih dan bebas
dari jamur, debu, binatang perusak.
4.
Fungsi Pendidikan
Pemustaka
dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana cara memakai dan merawat
dokumen.
5.
Fungsi Kesabaran
Dalam
merawat bahan pustaka, pustakawan harus memiliki kesabaran sehingga bahan
pustaka yang rusak bisa dimanfaatkan kembali
6.
Fungsi Sosial
Dalam
merawat bahan pustaka tidak bisa dilakukan sendiri. Pustakawan harus
menyertakan pemustaka agar tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan.
7.
Fungsi Ekonomi
Dengan
pelestarian yang baik, bahan pustaka akan lebih awet. Keuangan dapat dihemat.
8.
Fungsi Keindahan
Dengan
pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, membuat perpustakaan
tampak menjadi makin indah, sehingga menambah daya tarik kepada pemustaka.
C. Jenis
dan Medium Perekam Informasi Sebelum Kertas (Zaman Pra Kertas) :
1. Tanah
liat
Tanah liat merupakan
media perekam informasi yang paling sederhana dan paling tua dipergunakan. Saat
tanah liat masih basah dan lembek, tanah liat bisa ditulis dan diukr dengan
mudah, sesudah itu dibakar dan dipanaskan dengan sinar matahari . Tanah liat yang
sudah dibakar tidak mudah rusak sebab tanah liat mengandung mineral yang
disebut "kaolin".
2. Papyrus
Bahan untuk penulis ini
dibuat dari inti batang papyrus. Cara membuat kertas papyrus , batang papyrus
dipotong sepanjang 40 cm kemudian diambil intinya. Inti ini disayat tipis tipis
lalu dijajarkan satu dengan lain dengan ditumpang tindih kemudian dilumuri lem
dan dihimpit sampai lemnya kering. Kemudian digosok dengan gading atau tulang.
Papyrus ditulis dengan tinta karbon dan tinta "iron oxide" merah.
Kertas papyrus bisa awet sampai 5000 tahun.
3. Kulit
kayu (Jawa Kliko)
Pada abad ke-17 di
Eropa dan Amerika menggunakan kulit kayu untuk surat menyurat. Kulit kayu cepat
rusak jika lembab. Kulit kayu dapat rusak jika terkena air dan menempel satu
dan lainnya. Buku dan manuskrip dari kulit kayu ini diberi bubukan atau
dipisahkan setiap halamannya agar tidak menempel. Penyimpanan kulit katu
dilakukan dengan cara digulung.
4. Daun
tal
Tal adalah sejenis
pohon palm yang tumbuh di tepi laut. Daunnya tebal dan kuat sehingga tidak
mudah rusak saat ditulis. Banyak naskah jawa yang ditulis pada daun tal atau
lontar. Daun tal yang masih basah ditulis dengan jarum lalu kemudian bekas
jarum tadi diisi dengan jelaga dicampur dengan minyak kelapa, kemudian
dibersihkan, sehingga goresan jarum tadi dapat dibaca.
5. Kayu
Di negeri CIna, kayu
digunakan sebagai bahan tulis menulis nomor dua ssudah sutera. Batang, cabang,
dan akar kayu dipergunakan sebagai alat tulis ini. Ulat kayu dan rayap sering
menyerang kayu ini, terutama jika tempatnya lembab.
6. Gading
Gading digunakan
manusia sebagai tempat untuk menulis yang baik. Sifatnya keras, tetapi mudah
diukir atau ditulisi. Namun tinta cat tidak bisa menempel dengan baik pada
gading. sehingga tulisan mudah rusak atau terhapus.
7. Tulang
8. Batu
9. Logam
10. Kulit
binatang
11. Parchment
dan vellum
Berkembang semenjak
tahun 190 B.C. di Asia Kecil. Kaisar Eumenes II memiliki 200.000 volume
parchement sebagai pengganti papyrus yang dilarang masuk oleh Mesir. Vellum
adalah kulit binatang muda yang umurnya kurang dari 6 minggu, sedangkan
parchment adalah kulit domba, ewes, kambing, juga binatang lain kadang - kadang
dipakai. Pembuatan vellum lebih mahal dari parchment. Tetapi vellum lebih
halus, putih mengkilap, hampir menewarang. Keduanya merupakan bahan yang kuat,
namun lemas jika lembab dan kaku jika kering. Vellum dipergunakan untuk menulis
manuskrip lux dan jilidan buku. Sedangkan parchment dipergunakan untuk menulis
manuskrip yang berkualitas murahan.
12. Kulit
Sumber (Martoatmodjo,
Karmidi.1999. Pelestarian Bahan Putstaka. Jakarta : Universitas
Terbuka)
#PERAWATANBAHANPUSTAKA
#D3PERPUSTAKAANFISIPUNS
#SEMESTER3
#D3PERPUSTAKAANFISIPUNS
#SEMESTER3
Komentar
Posting Komentar